Sabtu, 31 Oktober 2009

Dapatkah ASPPORAYA Memajukan Pertanian Salak di Banjarnegara ?

Analisis Berita by wongmbanjar

Sebuah kabar menggembirakan buat para petani salak pondoh di wilayah Banjarnegara hadir di media website Kabupaten Banjarengara, tertanggal 24 Oktober 2009. Yaitu informasi mengenai lahirnya ASPPORAYA atau Asosiasi Petani Salak Pondoh Banjarnegara Jaya.

Jika kita cermati sedikit, Asosiasi ini terbentuk atas dasar latar belakang jumlah petani salak pondoh yang luar biasa banyak. Maklumlah bahwa sekitar 17 juta pohon salak pondoh telah tertanam di sekitar 18 kecamatan, dari 20 kecamatan yang ada di wilayah Banjarnegara. Terlebih hasil panen salak pondoh pertahunnya sudah dapat di analisa berkisar 282 ribu ton. Wow..., sebuah penghasilan panen yang luar biasa untuk kota sebesar Banjarnegara. Selain hal tersebut diatas lahirnya ASPPORAYA juga dilatar belakangi oleh permasalah-permasalahan yang timbul dikalangan petani salak pondoh yang berada di wilayah Banjarnegara.

Tujuan berdirinya ASPPORAYA kurang lebih adalah untuk menjembatani komunikasi antar petani salak pondoh Banjarnegara sekaligus menyatukan langkah gerak mereka.

Bahkan ketua ASPPORAYA sendiri sempat di wawancarai dalam artikel tersebut, seputar berdirinya ASPPORAYA. Dan menurutnya saat ini perlu di pikirkan tentang perluasan pemasaran salak pondoh sekaligus menjaga kestabilan harga buah salak pondoh.

Menelaah informasi ini, penulis hanya sekedar ingin “ urun rembug “ demi kebaikan dan kemajuan kita bersama. Terutama demi kemajuan kaum tani salak pondoh yang berada di wilayah Banjarnegara.

Pertama, penulis ingin membahas mengenai latar belakang berdirinya ASPPORAYA. Belajar dari sebuah pengalaman, latar belakang lahirnya sebuah organisasi akan sangat menentukan tingkat kesolid-an organisasi dalam menjalankan program-programnya. Sehingga pencapaian visi dan misi organisasi dapat tertata dengan baik sebagaimana target goal program pada setiap tahapnya.

Jika latar belakang berdirinya ASPPORAYA dilandasi atas dasar permasalahan dan kebutuhan yang lahir dikalangan kaum petani salak pondoh dan tujuan berdirinya adalah untuk menyelesaikan permasalahan dan menjawab kebutuhan kaum petani salak pondoh banjarnegara, maka saya optimis ini adalah sebuah latar belakang yang real dan memang harus segera di bentuk asosiasinya demi kebaikan dan juga kesejahteraan kaum tani salak pondoh. Ini bukanlah sebuah teori, tetapi ini adalah pengalaman dan fakta, ketika penulis bergabung dalam berbagai organisasi baik di dalam kapus ataupun di luar kampus dahulu kala. Dan sekarang penulis hanyalah rakyat jelata dan kaum petani kecil salak pondoh juga di wilayah kecamatan Madukara. ASPPORAYA telah memiliki salah satu latar belakang yang masuk dalam kriteria organisasi yang solid dalam analisis saya. Semoga kedepan ASPPORAYA benar-benar bisa menjadi tumpuan kaum tani salak pondoh seperti saya.

Kedua, tentang Tujuan berdirinya ASPPORAYA sebagaimana yang di lansir oleh wartawan dari media website pemda Banjarnegara. Menyebutkan bahwa ASPPORAYA bertujuan untuk menjembatani komunikasi antar petani salak pondoh Banjarnegara sekaligus menyatukan langkah gerak mereka.

Secara pribadi kalimat ini sangat mengganjal dalam benak saya. Mengapa tujuannya seperti ini? Bukankah dengan cara menjebatani komunikasi dan juga menyatukan gerak langkah kaum petani salak pondoh Banjarnegara, ASPPORAYA dapat menyelesaikan permasalahan dan menjawab kebutuhan kaum petani salak pondoh ?

Saya pikir ini bukanlah sebuah tujuan, melainkan METODOLOGI. Kerena tanpa ada yang mau menjadi jembatan komunikasi antar petani salak pondoh dan berani untuk menyatukan gerak langkah kaum petani salak pondoh, maka selama itu pula permasalahan dan kebutuhan kaum petani salak pondoh tidak terselesaikan.

Disinilah terkadang kita terbolak balik dalam merancang sebuah konsep organisasi. Jika organisasi ini berada di lavel RT sadja, barangkali saya tidak merasa perlu memberanikan diri untuk urun rembug. Sayang organisasi ini berada di lavel Kabupaten. Sehingga sebagai putra daerah saya merasa berkewajiban untuk turut andil semampu saya sebagai kaum tani juga.

Ketiga, jika ketua ASPPORAYA sempat bilang bahwa menurutnya saat ini perlu di pikirkan tentang perluasan pemasaran salak pondoh sekaligus menjaga kestabilan harga buah salak pondoh.

Penulis berfikir, bukankah jika kita bicara perluasan pasar ataupun pasar maka permasalahan tersebut sudah berada di wilayah pedagang salak ?

Dan jika kita bicara harga berarti kita akan bicara market atau pasar.

Mengapa ASPPORAYA harus terjun sampai di level ini ?

Jika kita bicara tentang salak pondoh dengan segala permasalahan-nya, maka kita harus berani untuk memilah – milah terlebih dahulu permasalahan satu dengan yang lain-nya. Mengapa ? karena disini kita akan berinteraksi dengan beberapa unsur yang menyebabkan terjadinya harga salak pondoh di nasional atau lokal naik turun. Berbeda jika kita telah bicara tentang export salak pondoh.

Unsur-unsur tersebut diantaranya :

1. Petani salak pondoh
2. Pedagang.
3. Transportasi.
4. Lapak / pengepul salak yang berada di luar kota banjarnegara yang menjualkan salak pondok kepada konsumen dan atau pedagang kecil.

Ke empat unsur ini cukup signifikan terhadap proses naik dan turunnya harga salak pondoh di tingkat nasional, regional dan ataupun di level lokal sekalipun.

Disamping naik turun-nya harga salak ini juga di pengaruhi oleh faktor di luar unsur tersebut. Misalkan produksi salak yang melimpah berbarengan dengan panen raya duku atau mangga, seperti sekarang ini. Jelas kasus ini secara otomatis sangat berpengaruh terhadap penjualan harga salak pondoh yang notabene terus produksi. Berbeda dengan buah lain yang saya sebutkan tadi, yang paling setiap tahun hanya berbuah satu kali atau dua kali dalam setahun.

Jadi jika ASPPORAYA berniat untuk menjaga kestabilan harga dan juga memperluas segmentase pasar salak pondoh, maka pedagangpun seharusnya masuk dalam organisasi atau asosiasi ini. Bahkan pihak jasa transportasipun mestinya ikut juga dalam asosiasi ini. Dan BUKAN hanya kaum petani salak pondoh saja. Sekali lagi saya sampaikan, jika ASPPORAYA bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan memperluas segmentase pasar, sebagaimana disampaikan oleh ketua ASPPORAYA itu sendiri.

Dan jika kita jeli mencermati permasalahan yang timbul dalam SIRKULASI salak hingga sampai ketangan konsumen. Maka ke empat unsur diataslah yang seharusnya memiliki PAYUNG BERSAMA berupa asosiasi. Dimana payung bersama ini lah yang harus menjembatani system komunikasi antar unsur dan juga menyatukan GERAK LANGKAH, guna menjaga kestabilan harga salak pondoh sekaligus juga membicarakan perihal program perluasan segmentasi pasar salak pondoh kedepan.

Sebagai contoh permasalahan kecil yang timbul antara pedagang dengan penyedia jasa layanan transportasi. Ini terjadi di kecamatan madukara. Beberapa pedagang salak bergabung menjadi satu untuk sebuah pengiriman salak ke Majapahit. Mengapa harus bersatu, karena untuk memenuhi quota satu TRUK dan bisa berangkat ke Majapahit. Dan karena setiap satu pedangang salak belum tentu mengirim salak sebanyak satu TRUK, untuk satu kali pengiriman.

Pedagang A selesai packing pada pukul 11.00 WIB, karena hanya bisa memenuhi seperempat truk, maka truk harus menggandeng pedagang B yang akan membawa setengah truk. Dan pedagang B selesai paking pada pukul 13.00 WIB. Dan karena kurang memenuhi quota lagi, maka truk harus menggandeng pedagang C yang akan membawa seperempat-nya lagi ke Majapahit. Sementara si C ini sebenarnya mempackaging banyak salak, untuk di kirim di beberapa tempat dan salah satunya di kirim ke Majapahit. Dan pedagang C ternyata selesai pada pukul 17.00 WIB. Dan truk baru bisa di berangkatkan pada pukul 18.00 WIB.

System ini jelas sekali merugikan pedagang A dan B. Mengingat ketepatan sampai di lokasi ataupun di kota tujuan, juga menjadi salah satu penentu keberhasilah penjualan dengan harga yang di harapkan.

Belum lagi jika kita bicara dominasi LAPAK yang luar biasa dalam menentukan nilai jual salak pondoh. Pedagang salak pondoh hanya berani menuruti apa kata LAPAK. Dan kurang berani untuk berinovasi guna menjalankan strategi dagang tersendiri agar LAPAK tetaplah beraktor sebagai penentu namun sebenarnya LAPAK pula yang tergantung dan bisa di atur oleh pedagang.

Kesimpulannya adalah :

Jika ASPPORAYA benar-benar memiliki visi dan misi yang jelas dan terlahir dari latar belakang yang jelas pula maka seyogya-nyalah ASPPORAYA menjadi salah satu organisasi / asosiasi PAYUNG BERSAMA ke tiga unsur yaitu unsur petani salak pondoh, unsur pedagang dan unsur menyedia jasa lanyanan transportasi pengiriman salak pondoh. Dan Jika memang bermaksud untuk turut serta menjaga kestabilan harga jual salak pondoh kedepan. Tidak hanya petani saja yang merasa di payungi dan di ayomi. Melainkan pedagang dan juga menyedia jasa layanan transportasi-nya pun merasa terpayungi, dengan adanya media penjembatan komunikasi yang baik dari ketiga macam unsur tersebut.

Saya tunggu liputan mengenai action real dari ASPPORAYA. Semoga actionnya bisa saya rasakan juga hingga sampai di pedesaan saya. Dan semoga berdirinya ASPPORAYA benar-benar tulus dan bukan dalam rangka kepentingan politik praktis.

Selamat dan Sukses untuk berdirinya ASPPORAYA. Dan majulah kota Banjarnegara.

Banjarnegara, 28 oktober 2009

Penulis

Wahono – Pekauman – Madukara – Banjarnegara. 53482

Email – FB – YM : wongmbanjar@yahoo.co.id

Personal website : www.wongmbanjarbae.blogspot.com

0 komentar: